Seperti kapal yang terus berlabuh ke dermaga untuk berhenti, seperti itulah cinta akan akan berhenti saat menemukan pilihan yang tepat.
Membutuhkan waktu lama, tapi terkadang mampu memetik buah manisnya sebuah penantian dalam tiap do'a yang selalu di sematkan. Begitu tenang tak bersura, tapi menggema indah di langit sana, nama itu terus terukir indah.
Apa jadinya, tepat setelah hari pernikahan, lelaki yang baru dinikahi harus mengemban tugasnya sebagai abdi negara? Kabar datang secara mendadak, dan dia dinyatakan hilang di hutan, karna pesawat yang dia tumpangi mendapat serangan dari kelompok bersenjata di suatu daerah? Akan kah keduanya bisa bertemu kembali? Atau justru harus saling merelakan satu sama lan, dan menerima hadirnya sosok yang tidak pernah terbesit di hati Uswah?
Mampukah Wardah menyakinkan Fathan, dan mampukah Fathan memilih di antara keduanya? Dua wanita yang memiliki sifat yang begitu berbeda, namun tentu saja hanya satu wanita yang mampu menjdi pendampingnya di altar pernikahan.
(Cahaya cinta di bumi pesantren)
Kalau buat saya pribadi, banyak yang mampu kita petik pelajaranya, bukan tentang percintaan saja, tapi syarat akan makna kehidupan.
Ikuti perjalan mereka berempat, Fathan, Adnan, Uswah, dan Wardah.
Edgar merasa beruntung memiliki Flora sebagai kekasihnya. Tak peduli jika Flora adalah gadis nerd disekolahnya.
Hanya orang bodoh yang tak menyadari betapa sempurnanya seorang Flora Ayumi Maharani.