Prisa memiliki keinginan hidup yang sederhana; hanya ingin merasa damai dan bahagia. Akar kesedihannya selalu berasal dari keluarga yang utuh namun tidak harmonis. Berbagai momen dalam kehidupannya selalu menorehkan luka tersendiri, hingga membuatnya sulit untuk percaya dengan orang lain. Keberadaan Prisa sangat menganggu Arazka; si laki-laki tampan dan kaku yang selalu jadi pusat perhatian. Dia merasa Prisa selalu hidup di balik topeng dengan berpura-pura bahagia, padahal dalam dirinya sangat rapuh. Prisa juga merasa terusik setiap kali berdekatan dengan Arazka yang selalu memberikan sorot penuh permusuhan. Bermula dari permusuhan, keduanya tidak sengaja menumbuhkan rasa penasaran yang berujung menjadi cinta. Akankah Arazka dan Prisa mengungkapkan rasa cintanya di saat keduanya punya prinsip hidup dan perspektif yang berlawanan?All Rights Reserved
1 part