LONDON, When the Fate Decides

Dalam keramaian London yang sibuk, Emma Madeleine, seorang pelukis berbakat dengan kuas dan kanvasnya, menjalani hidup dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip tradisional seni. Keterampilannya mencerminkan kecintaannya pada detil dan apresiasi terhadap metode-metode lama.

Sebaliknya, Ethan Maximilian, desainer grafis digital yang terkenal dengan karyanya yang inovatif dan futuristik, selalu berusaha mendorong batasan dengan menggunakan teknologi tercanggih.

Ketika sebuah galeri ternama memutuskan untuk menyelenggarakan pameran yang merayakan sintesis antara seni tradisional dan modern, Emma dan Ethan secara tak terduga dipertemukan dan dipaksa untuk berkolaborasi.

Meskipun awalnya bersitegang karena perbedaan pendekatan mereka, keduanya mulai mendapati bahwa kombinasi keterampilan manual Emma dengan estetika digital Ethan menciptakan sesuatu yang benar-benar unik.

Saat mereka berusaha menggabungkan dua dunia yang tampaknya tidak bisa disatukan, Emma dan Ethan tidak hanya mempelajari tentang pentingnya menjembatani masa lalu dan masa kini tetapi juga mulai memahami bahwa hubungan yang paling tidak terduga sering kali menjadi yang paling mengubah hidup.

"London, When Fate Decides" menjadi sebuah cerita tentang pertemuan antara tekstur serta garis, cinta untuk seni, dan penemuan kembali takdir melalui kuas dan piksel.