"seperti bintang, kamu istimewa untuk selamanya." Evander Devantara. Di usianya yang baru menginjak angka 12 tahun dia sudah harus berjuang lebih keras dari anak seusianya. Jika anak seusianya sekolah hanya memikirkan tugas tapi dia berpikir bagaimana bisa lanjut sekolah tanpa biaya yang besar, jika anak seusianya pulang sekolah lanjut main tanpa kenal waktu maka Evander akan bekerja tanpa kenal waktu. Evander Devantara terlalu takut, takut menghadapi dunia tanpa rangkulan kedua orangtuanya. Evander bisa melewati badai apapun, namun kali ini dia terseok. Menurutnya, Tuhan begitu tidak adil sampai memberikan takdir yang sering kali ingin membuatnya menyerah dalam menjalani kehidupan. Untung saja ada Berry-adik perempuan Evander Lathe-sahabat Evander yang selalu merangkul dirinya, juga LEVAZ GANG-empat sahabat yang mengajaknya membuka stand LEVAZ di kantin SMA Wira Mandala, mereka semua yang membuat kehidupan Evander lebih bermakna. Namun, tetap saja Evander membutuhkan rangkulan kedua orangtuanya. Evander menginginkan rumah, rumah yang di dalamnya terdapat ayah, ibu, Berry, dan dirinya untuk selamanya. Permintaannya itu terlalu besar, sampai Tuhan tidak sanggup mengabulkan permintaan Evander. Apakah Evander sanggup melewati takdir yang kejam, atau dia memilih menyerah di tengah perjalanan?