Dia rumah. Rumah yang selalu aku idamkan kehangatannya, kini aku memilikinya. Dia memilihku sebagai penghuni tetap. Jikalau ada yang lain, itu adalah bagian dari kami. Dia tidak buruk, hingga harus membawa orang lain masuk ke dalam megahnya hunian ini.
Dia bilang "Cukup kamu"
"Aku bahagia sama kamu"
"Kita sama-sama terus, ya. Sampai waktu gak bisa menentukan"
Hanya dengannya, aku merasa benar-benar diinginkan kehadiranku. Dia yang selalu menghargai, menjaga, dan memujiku.
Katanya, "Aku belum pernah lihat perempuan secantik kamu"
"Kamu cantik banget, sih. Bisa gila aku memuja parasmu setiap waktu"
"Setelah bertemu kamu, aku gak penasaran lagi seindah apa rupa bidadari."
Saat kutemukan dia memandangiku, aku bertanya "Kenapa lihatin aku kayak gitu? Ada yang aneh, ya?"
Lantas dia menjawab penuh keyakinan "Aku bersyukur punya kamu" sembari tersenyum dia mendekat ke arahku, memeluk tubuhku. Menyalurkan rasa paling nyaman di dunia, damai. Bahagia seakan begitu erat kudekap. Aku merasa aman bersamanya.
Oh Tuhan. Aku yang bersyukur karena telah diizinkan bernapas di hidupnya, hadirnya yang selalu kudamba kini Engkau jadikan nyata.
Tuhan... aku ingin ini berlangsung lama, lebih lama dari kata selamanya.