Gistara Dharmawangsa memutuskan berhenti di pertengahan jalan untuk memperjuangkan seseorang yang dicintainya. Jalan berkerikil yang ia tempuh untuk mendapatkan hati Dipta Bimantara. Bukan luka yang menghentikan Gista, tapi kesadaran diri untuk tidak terus berjalan di jalan yang tak seharusnya ia lewati. Berhentinya Gista, justru membuat Dipta hampa. Demi mendapatkan yang menurutnya lebih baik, Dipta malah tak mendapatkan apapun. Mau tak mau, dia harus turun, menyusul Gistara yang berhenti di bawah sana. Seperti halnya Gista, Dipta terluka oleh jalan yang dia lalui untuk sampai pada hati Gista.