Story cover for 𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐂𝐫𝐲, 𝐑𝐚𝐝𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚!  by Labunnyzna
𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐂𝐫𝐲, 𝐑𝐚𝐝𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚!
  • Reads 876
  • Votes 126
  • Parts 5
  • Reads 876
  • Votes 126
  • Parts 5
Ongoing, First published Feb 20, 2024
1 new part
"Ayah, menjadi saksi bisu atas segala pesakitan yang ditahan olehmu itu sakit, ya?"

Jika boleh memilih, Raga lebih memilih untuk hidup dengan percintaan yang gagal daripada dengan keluarganya yang berada diambang kehancuran dari dulu ketika Raga, Elena, dan ibunya harus disiksa habis-habisan oleh suami sekaligus ayahnya hanya karena ayahnya merasa direpotkan oleh ibunya yang memiliki gangguan kecemasan akibat sebuah pelecehan. 

Tapi ... Sedari awal ia selalu berharap, jika ayahnya melakukan hal itu dengan alasan. Sama seperti sang kembaran yang selalu dipihak sang ayah. 

Untuk itu, Raga memampukan segala atmanya agar berhenti menangis lagi. Hidupnya sudah penuh akan kebejatan ayahnya, tapi ia tak benci. 

Karena ia, merupakan salah satu saksi bagaimana ayahnya meraung kesakitan saat menyiksa dirinya beserta seluruh keluarganya. 


                ༺♡༻

 SEMUA CERITA YANG SAYA BUAT MURNI DARI PEMIKIRAN SAYA, TANPA SEDIKITPUN UNSUR PLAGIAT, Jadi jika ada sedikit kemiripan dengan cerita lain, mohon maaf. 


Cover by Pinterest

                ༺♡༻

Prawira's Family Series 2
All Rights Reserved
Sign up to add 𝐃𝐨𝐧'𝐭 𝐂𝐫𝐲, 𝐑𝐚𝐝𝐞𝐧𝐠𝐠𝐚! to your library and receive updates
or
#70raga
Content Guidelines
You may also like
Raga Arga  [Sudah Terbit] by aksara_jiwa
54 parts Complete
Jika ditanya apa yang spesial dari kehidupan si kembar, Raga dan Arga, mungkin jawabannya tidak ada, andai keduanya tidak pandai-pandai bersyukur. Bagaimana tidak, kepergian sang bunda menjadi titik awal kehidupan mereka yang sesungguhnya. Getir pahit melekat di dalamnya. Arga disalahkan oleh neneknya atas kepergian sang bunda. Lantas rasa bersalah dan trauma yang begitu besar terpatri kuat dalam dirinya, sejak saat itu hidupnya berubah seiring dengan jiwa yang bergonta-ganti mengisi raganya. Kadang, ketika bangun tidur Arga akan merengek layaknya anak kecil yang mencari bundanya. Kadang juga Arga menjadi sosok yang membenci dirinya sendiri, menghancurkan cermin yang ada di kamarnya, lalu berujung menyakiti dirinya sendiri. Raga, nyatanya wajah tampan dan unggul dalam basket tak lantas membuatnya dipandang. Bagi teman sekelasnya, Raga tak lebih dari sampah yang harus cepat-cepat dibersihkan. Bukan Raga tak mau melawan mereka, hanya saja rasanya percuma, mereka terlanjur menjadi budak sekolah yang gila nilai. Lalu, mampukah keduanya menjalani dan melawan segala getir pahit dalam kehidupan? Atau memilih menyerah, berpasrah pada Tuhan? *** Bukan skenario hidup seperti ini yang aku inginkan, memerani tiga tokoh sekaligus dalam satu kali kesempatan hidup. Andai bisa aku ingin terlahir kembali menjadi aku yang hanya satu- Samudra Arga Pratama Aku lelah menjadi senja yang ditunggu dan dikagumi di penghujung waktuku-Samudra Raga Dwitama *** Takkan gugur daun yang menguning itu jika memang belum habis waktunya. Takkan turun rintik hujan itu sekalipun langit telah menggelap jika memang belum saatnya. Pun dengan jantung yang takkan berhenti berdetak jika memang Tuhan belum berkehendak.
You may also like
Slide 1 of 10
Raga Arga  [Sudah Terbit] cover
ARLITA [Selesai] (Terbit)  cover
Surat Dari Isi Hati Arluna (End) cover
MOANA AUDIA  cover
Hapless cover
Takdir Si Gadis Figuran cover
SATRIA : not considered cover
Diary Depresiku cover
RUMAH KECIL ITU by : Plavana cover
Evanescence (END) cover

Raga Arga [Sudah Terbit]

54 parts Complete

Jika ditanya apa yang spesial dari kehidupan si kembar, Raga dan Arga, mungkin jawabannya tidak ada, andai keduanya tidak pandai-pandai bersyukur. Bagaimana tidak, kepergian sang bunda menjadi titik awal kehidupan mereka yang sesungguhnya. Getir pahit melekat di dalamnya. Arga disalahkan oleh neneknya atas kepergian sang bunda. Lantas rasa bersalah dan trauma yang begitu besar terpatri kuat dalam dirinya, sejak saat itu hidupnya berubah seiring dengan jiwa yang bergonta-ganti mengisi raganya. Kadang, ketika bangun tidur Arga akan merengek layaknya anak kecil yang mencari bundanya. Kadang juga Arga menjadi sosok yang membenci dirinya sendiri, menghancurkan cermin yang ada di kamarnya, lalu berujung menyakiti dirinya sendiri. Raga, nyatanya wajah tampan dan unggul dalam basket tak lantas membuatnya dipandang. Bagi teman sekelasnya, Raga tak lebih dari sampah yang harus cepat-cepat dibersihkan. Bukan Raga tak mau melawan mereka, hanya saja rasanya percuma, mereka terlanjur menjadi budak sekolah yang gila nilai. Lalu, mampukah keduanya menjalani dan melawan segala getir pahit dalam kehidupan? Atau memilih menyerah, berpasrah pada Tuhan? *** Bukan skenario hidup seperti ini yang aku inginkan, memerani tiga tokoh sekaligus dalam satu kali kesempatan hidup. Andai bisa aku ingin terlahir kembali menjadi aku yang hanya satu- Samudra Arga Pratama Aku lelah menjadi senja yang ditunggu dan dikagumi di penghujung waktuku-Samudra Raga Dwitama *** Takkan gugur daun yang menguning itu jika memang belum habis waktunya. Takkan turun rintik hujan itu sekalipun langit telah menggelap jika memang belum saatnya. Pun dengan jantung yang takkan berhenti berdetak jika memang Tuhan belum berkehendak.