SAPUTANGAN UNTUK ABANG

"Nak, apapun cita-cita kamu, pastikan kamu punya alasan. Biar kamu tetap semangat buat melangkah." Ayah berhenti sejenak, menatap lurus ke depan, seolah sedang mencari kata-kata berikutnya.

"Coba Ayah tanya, kenapa kamu suka kerupuk udang? Karena enak, kan? Sesederhana itu. Tapi, kalau kamu telusuri lagi, nggak sesederhana itu. Bahannya harus diolah dulu, udangnya harus dibersihkan, digiling, dicampur tepung, dan masih banyak prosesnya sampai jadi kerupuk yang kamu suka."

Ayah tersenyum tipis lalu melanjutkan, "Begitu juga dengan cita-cita. Mungkin, kamu mau jadi pilot karena bajunya keren, kamu mau jadi nahkoda karena kamu suka lautan, atau kamu mau jadi yang lainnya. Nggak apa-apa. Alasan sederhana itu yang bisa bikin kamu jalan terus."

Ayah menyeruput teh buatan Ibuk yang masih hangat. Aromanya bercampur dengan wangi rerumputan basah sisa hujan tadi siang. Di sebelahnya, Hilal duduk bersila, matanya terpaku pada toples berisi kerupuk udang yang masih tersisa sedikit.

Ayah menatap Hilal dengan senyum penuh makna, lalu berkata lagi, "Tapi, Nak," suaranya merendah, hampir seperti bisikan, "Maaf, Ayah nggak bisa mendukung kamu dengan materi yang banyak. Tapi Ayah janji, nggak akan memaksakan kamu buat jadi apa yang Ayah mau."

Hilal mengangguk pelan. Kata-kata Ayahnya menghangatkan hati. Hilal tahu, kata-kata itu akan menjadi pengingat seumur hidup. Tapi ia bertanya-tanya, apakah alasan sederhana itu akan cukup untuk menguatkan saat langkahnya terasa berat. ________________________________________
.
.

🍂 Judul : Saputangan Untuk Abang
🍂 Ditulis oleh : Weje
🍂 Start : 01 Maret 2024