Tameng Gelar Sang Professor
3 parts Ongoing "Kami diajarkan untuk tunduk, bukan untuk berpikir. Lalu mereka menyebut itu pendidikan."
Wino, anak supir truk dan pedagang sembako dari desa, memasuki kampus impiannya dengan harapan tinggi: menjadi peneliti, membangun masa depan, dan membalas jerih payah orang tuanya.
Namun, kenyataan menghantamnya keras. Ia tidak menemukan ilmu, hanya slide. Ia tidak menemukan dosen, hanya pembaca PowerPoint. Ia tidak menemukan pembimbing, hanya pengejar jabatan.
Melalui mata Wino, pembaca diajak menelusuri sisi gelap dunia akademik-dosen yang tidak tahu apa yang ia ajarkan, kampus yang berubah menjadi korporasi, dan budaya diam yang membuat mahasiswa tak lebih dari angka statistik.
Ini bukan sekadar kisah kecewa. Ini adalah kisah perlawanan diam. Tentang seorang mahasiswa biasa yang memilih mencatat semua kebusukan, hingga akhirnya menuliskannya menjadi senjata.
Karena ketika kebenaran tidak bisa diteriakkan, maka ia harus dituliskan.