Tiap kali melintasi Sungai Mewek, kusempatkan diri untuk berhenti sejenak menikmati alam. Di antara ketenangan yang menyergapku, kurasakan radiasi amarah yang membuncah. Terdengar suara tangis pilu, dan sosok seseorang berjongkok sambil menyembunyikan wajahnya. Ketika kutepuk punggungnya, seorang gadis menoleh dengan mata bercucuran. Aku berbincang dengannya, cukup lama, untuk bisa menyadari bahwa namanya adalah kesedihan, bukan amarah. Matahari dilalap Pertiwi. Saat kutoleh ke samping untuk berpamitan, gadis tadi hilang seolah-olah disedot oleh angin yang semakin malam semakin kencang. Aku pulang ke perumahan atas sambil menoleh ke belakang, berharap gadis tadi menampakkan dirinya kembali dan menunjukkan senyum tanpa dendamnya kepadaku. *** Roserian Blue ® 2024