"Panggil aja Kensa!" Ya, itu namanya. Tetangga baruku yang super supel katanya. Aku tidak peduli toh bukan urusanku juga. Tapi semakin sering bertemu membuatku sedikit penasaran dengannya. "Kenapa Chameleon?" tanyaku. "Chameleon kan bunglon," jelasnya. Bodohnya aku justru berkata, "Sejak kapan bunglon ganti nama?" Wah, kenapa dihadapannya aku selalu sebodoh itu? Ayolah Adity itu nama inggris si bunglon. Aku malu-teramat malu. "Bunglon kan beradaptasi dengan baik, maksudnya ya masuk aja kemana-mana juga. Jadi mudah bersosialisasi gitu." Dia berusaha menjelaskan agar aku memahaminya. tapi tetap saja, kenapa harus bunglon? Ah, lupa introduce my self. namaku Adity Atmaranti. Kalian bisa memanggilku Cinderella real life. kenapa begitu? emm.. Aku pernah berpikir bahwa aku mirip dengannya. Mungkin Cinderella itu adalah anak pertama, makanya dia melakukan semua pekerjaan rumah dan memikul beban keluarga. Aku selalu membayangkan akan ada pangeran yang datang dengan sepatu kacaku. Tapi itu hanya anganku, hubungan percintaan terlalu rumit bagiku. "Matematika itu emang rumit tapi menjanjikan kepastian, kayak aku." Itu satu dari sekian banyak kata gombal yang keluar dari mulut manis Kensa Maasyir. Namun, semakin mengenalnya semakin membuatku penasaran. Rasanya seperti mengerjakan soal sulit, setelah berhasil mengetahui jawabannya membuatku percaya diri dan antusias dengan soal berikutnya. Dia terlihat rumit tapi ternyata sederhana. Entah dengan rumus apa dia memikatku karena kini kupikir aku terpikat olehnya. Ya, kepada bunglon sialan ini.