23 Partes Concluida "Dia memang lelaki cacat, tapi dia adalah sosok yang sempurna untuk Ibunya."
Arbian Kavidra lahir dengan satu mata, tapi itu cukup baginya untuk melihat kenyataan.
Sejak kecil, dia memahami bahwa kasih sayang tidak selalu datang dari tempat yang seharusnya. Bahwa tidak semua anak berhak mendapatkan pelukan, belaian, atau bahkan sekadar tatapan penuh cinta dari ibunya sendiri.
Dia tumbuh dalam hening, dalam kesadaran bahwa keberadaannya lebih sering menjadi beban daripada kebanggaan. Setiap langkahnya terasa seperti kesalahan, setiap nafasnya seolah hanya menambah kekecewaan. Bukan karena dia tidak mencoba, tapi karena sejak awal, dunia-dan ibunya-tidak pernah benar-benar menginginkannya.
Namun, Arbian tetap tersenyum. Bukan karena hidupnya indah, tapi karena itu satu-satunya cara untuk menutupi lukanya. Tak ada yang tahu betapa keras dia berusaha, betapa hancur dirinya setiap kali harapan kecilnya untuk dicintai harus kandas begitu saja.
Bukan dunia yang ingin dia menangkan. Bukan pengakuan orang lain yang dia cari.
Dia hanya ingin satu hal-sedikit saja ruang di hati perempuan yang melahirkannya.
Namun, seiring waktu, Arbian mulai mengerti.
Mungkin, cinta itu memang tidak pernah ada untuknya.
judul pertama : Perfection
foto berasal dri pin..
24/5/24