Sorot mata teduh menenggelamkan jiwa. Saat beradu tatap dengan netra indahnya ketenangan dapat dirasa. Di bawah bayangan teduh pohon ketapang kencana, si pemilik senyum manis itu berdiri. Kilau kaca dari balik bulu mata lentik menambahkah kesan manis pada remaja berusia 13 tahun tersebut.
Tumbuh besar di tengah keluarga bahagia tentu saja menciptakan rasa iri. Mengapa merasa iri? Sebab keluarga bahagia tersebut bukanlah miliknya, Angkara atau kerap disapa Kara hanyalah anak dari salah seorang pelayan keluarga tuan Darsa.
Rasa iri tersebut ia pendam, tak pernah sekalipun Angkara menunjukkannya kepada siapapun sebab Angkara cukup tau diri. Karena kebaikan dari keluarga majikan ibunya itulah, Angkara masih bisa merasakan yang namanya bersekolah. Saat sang ibu meninggalkannya untuk selamanya saat usia Angkara menginjak tujuh tahun, alih-alih membuangnya tuan Darsa dengan lapang hati ingin mengadopsinya.
Namun, Angkara menolak. Ia lebih memilih bekerja sebagai juru masak dengan upah yang lumayan cukup untuk membiayai hidupnya juga bonus bisa bersekolah. Tentu Angkara cukup tau akan posisinya, kelima anak tuan Darsa belum tentu menerima hadirnya bahkan nyonya Darsa selalu membencinya secara terang terangan. Tatapan yang tak Angkara sukai selalu ia terima dari banyak orang, seolah olah Angkara adalah hama yang tak seharusnya berada di tengah tengah keluarga bahagia Darsa. Padahal jika mengingat kilas balik, Angkara cukup dekat dengan para putra Darsa tapi Firna selalu menjauhkan Angkara dari anak anaknya hingga terbentang jarak yang luas.
Saat usia Angkara menginjak sepuluh tahun, Firna membawa seorang anak perempuan yang dua tahun lebih tua darinya. Tiga tahun terlewati dan Angkara hanya bisa menjadi saksi bisu betapa bahagianya keluarga majikannya. Mengintip dari balik dinding dapur, Angkara hanya bisa tersenyum miris atas hidupnya. Tetap berusaha tuk kuat hingga akhirnya sang ibu menjemputnya tuk "Pulang".
-Y21
Start : 18 maret 2024
Finish :
Dilarang Plagiat!