"Dari mu aku belajar untuk tidak berharap lebih kepada seseorang, karena aku tau akhirnya dibuat kecewa oleh harapan itu sendiri". Hani
"Belajar untuk tidak berharap apapun pada siapapun, dan ingat jadilah manusia mandiri, karena tempat terkuat untuk kita berdiri adalah kaki kita sendiri". Wildan
***
Judul: "Lebih dari Teman, Tapi Bukan..."
Hani Qarina, siswi kelas 11 yang selalu penuh semangat, terlalu sering dibilang "terlalu baik" dan "terlalu mudah luluh." Wildan Candreva, adik kelas di kelas 10, pendiam dan sulit ditebak, tapi diam-diam selalu ada di sekitar Hani-bukan sebagai seseorang yang spesial, melainkan sebagai teman yang nyaman.
Mereka mulai dekat karena sering bertemu. Hani yang ekspresif sering mengajak Wildan berbicara lebih dulu, dan Wildan, meskipun jarang merespons panjang, selalu mendengarkan. Tanpa sadar, setiap kali ada sesuatu yang terjadi, Wildan adalah orang pertama yang ingin dia ceritakan. Setiap kali dia lelah, Wildan adalah sosok yang keberadaannya selalu menenangkan.
Sampai akhirnya, Hani sadar: dia menyukai Wildan.
Masalahnya? Wildan tak pernah menunjukkan tanda-tanda yang sama. Dia selalu ada, tapi tidak pernah lebih dari sekadar teman. Dia selalu mendengar, tapi tak pernah benar-benar membalas dengan perasaan yang sama.
Saat Hani memberanikan diri memberi sedikit petunjuk-entah lewat candaan atau kode-kode kecil-Wildan hanya tersenyum tipis, lalu mengabaikannya seperti angin yang berlalu. Mungkin bagi Wildan, Hani hanyalah kakak kelas yang menyenangkan untuk diajak bicara sesekali.
Haruskah dia tetap bertahan dengan perasaan yang mungkin tak akan pernah berbalas? Atau melangkah pergi, merelakan sesuatu yang bahkan belum pernah benar-benar menjadi miliknya?