Di tengah keramaian lorong sekolah, suara Yumiko terdengar samar-samar saat dia bergurau, "Arron itu ganteng banget, kan? Terus, dia gentleman banget lagi. Kamu pasti iri, kan, Halona?"
Aku tersenyum mendengarnya, mencoba menyembunyikan perasaan yang mulai berdebar-debar di dalam hatiku.
Yumiko terus menggoda, "Kamu sebenarnya suka siapa sih, Halona? Suka sama buku kamu ya?"
Aku hanya bisa terdiam sejenak, hatiku berdebar semakin kencang. "Aku..." Suaraku serak, kebingungan terlalu besar untuk disembunyikan. Mataku otomatis bergerak ke arah kanan, merasakan panggilan yang tak terbantahkan. Akhirnya, mataku tertuju pada seorang lelaki yang berdiri di ujung sudut dinding. Matanya yang kecoklatan dan tatapan matanya yang teduh berhasil terpancar ketika menatapku. Ia perlahan menerbitkan senyum, senyuman terindah yang pernah kulihat. Pemilik dari senyuman yang menenangkan itu adalah Amos. Amos Hugo.
Binar mengerutkan dahinya "Beliau mana pantas ditaksir sih, off limits, pantasnya buat dikagumin."
Warning:
[ Sexual assault and harassment, violence, mature.]
lot of typos and incorrect sentences, any insight will be appreciated. My apologies for the inconveniences
Zero tolerance for any indication of plagiarism. Join me at the table, coffee in hand, along with my lawyer.
but anyways 🎀🫰