Sulit untuk menjalani hidup tanpa kedua orang tua. Itulah yang dirasakan Aztra, ia berjuang melawan kerasnya hidup seorang diri tanpa adanya bantuan. Ketika disekolah Aztra merasa dirinya paling berbeda dengan teman-temannya, di saat para siswa-siswi di sekolahnya pulang-pergi ke sekolah menggunakan kendaraan pribadi atau di antar-jemput hanya Aztra lah yang pulang-pergi hanya sekedar menaiki kendaraan umum atau tidak dirinya hanya berjalan kaki. Di saat semua orang adalah pemeran utama Aztra dan anak-anak yang memiliki nasib yang sama seperti nya hanya mampu menjadi pemeran pendukung atau hanya sekedar menjadi penonton. Aztra mempunyai dua orang teman, tapi diantara pertemanannya ialah yang sering dianggap tidak ada. Teman-temannya menganggap nya ada ketika mereka membutuhkan sesuatu, dan membicarakan dirinya ketika ia tidak ada. Bukankah begitu yang namanya pertemanan? Aztra juga merasa bahwa dirinya hanya pemeran pendukung diantara kisah dua temannya, yang satunya pemeran utama di cerita miliknya dan yang satu pemeran utama di cerita yang berbeda dan disatukan kembali di satu cerita. Sedangkan dirinya hanya seonggok debu yang menempel pada para pemeran utama. Aztra juga memiliki kembaran yang bahkan menganggapnya tidak ada, meski begitu Aztra masih tetap berusaha untuk dekat dengan saudara nya. Bahkan Aztra tidak dianggap ada oleh ayahnya, dan Aztra juga dibuang. Apakah alasannya? Apakah akhirnya Aztra akan merasakan bahagia seperti anak-anak yang lain? Apakah ia akan mengetahui apa alasan dibalik cerita miliknya? Apa ia bisa merasakan apa itu keluarga?All Rights Reserved
1 part