Menceritakan sesosok gadis bernama Arabella Hanina. Gadis berambut ikal nan panjang sampai ke pinggul, berwana hitam legam dan tebal membuat Arabella semakin terlihat cantik. Arabella Hanina, gadis penyuka warna biru seperti biru lautan.
Arabella Hanina, gadis yang masih berusia tujuh tahun kala itu harus mengikhlaskan kepergian Bapak, cinta pertamanya. Akibat penyakit yang menyerangnya, membuat Bapak harus berpulang kepada sang pencipta.
Kala itu, Arabella masih belum mengerti tentang arti kehilangan. Hingga tak lama kemudian, gadis kecil itu baru bisa mengerti. Di situ, ia menangis histeris meratapi kepergian sang cinta pertamanya.
Tahun demi tahun berlalu, tersisa Arabella, Ibu dan kelima kakak Arabella, tinggal berdua di rumah peninggalan Bapak, rumah dinas. Rumah dinas itu terlihat sangat sepi, hampa, sunyi, seperti tak berpenghuni.
Akankah Ibu bertahan hidup dengan keenam anaknya? atau justru malah sebalikanya?
***
Harap bijak dalam membaca, ya.
🌊🌊🌊
Covernya aku ganti, sepertinya cover kali ini lebih cocok daripada yang sebelumnya. Makasih.
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens.
"Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gue, rotinya yang enak banget atau emang gara - gara dari orang special?" Mahes bertanya sambil menatap tepat pada mata Aira.
"Eh.. Tuan mau?" Aira mengerjapkan matanya.
"Mau, gue mau semuanya!" Mahes merebut bungkusan roti yang masih berisi banyak, kemudian langsung membawanya pergi. Aira reflek mengejar Mahes.
"Tuan kok dibawa semua? Aira kan baru makan sedikit," Aira menatap Mahes dengan raut memelas.
"Mulai perhitungan ya lo sekarang sama gue."
"Enggak kok, tapi kan rotinya enak, Aira masih mau lagi," Aira berkata dengan takut-takut.
"Ga boleh!" Mahes langsung melangkahkan kakinya ke arah tangga menuju kamarnya. Aira langsung cemberut menatap punggung Mahes yang mulai jauh.
Cerita dengan konflik ringan