Bunga tanpa Daun
  • Reads 45
  • Votes 0
  • Parts 2
  • Reads 45
  • Votes 0
  • Parts 2
Ongoing, First published Apr 01, 2024
Butuh waktu yang cukup lama untuk berdamai dengan keadaan dan harapan. dengan ego kian meronta ingin di iyakan.

karena mengikhlaskan adalah cara terbaik untuk berdamai dengan keadaan dan tentunya menerima takdir yang telah ditetapkan.


'cerita ini di dedikasikan untuk si penulis'
cover by pinterest
All Rights Reserved
Sign up to add Bunga tanpa Daun to your library and receive updates
or
#394virtual
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Meraih Cinta Suamiku cover
(Mantan) Sugar Baby [21+] cover
Naked 🔞 cover
Dark Love cover
SERA cover
Kisah Lendir Di Sekolah cover
Behind The Velvet Veil [PROSES TERBIT] cover
Living With Berondong cover
Hello, KKN! cover
menikah dengan pria tua bucin cover

Meraih Cinta Suamiku

38 parts Ongoing

Menikah karena dijodohkan dengan seorang yang dari segala sisi sempurna Arina mengira jika dirinya akan bahagia bersama dengan pilihan orangtuanya, tapi rupanya hidup tidak berjalan seperti yang Arina inginkan. Sadewa Natareja, pria yang masuk ke dalam jajaran anggota dewan rakyat paling muda ini nyatanya tidak bisa menjadikan Arina sebagai seorang istri yang seutuhnya. Pengorbanan Arina menerimanya yang berstatus duda dan merawat anaknya yang berusia kurang dari satu tahun nyatanya tidak bisa membuat Dewa mencintai Arina seperti dirinya mencintai istri pertamanya, Husna. Dimata Dewa, Arina tidak lebih dari seorang wanita yang dipilihkan ibunya untuk menjadi teman dibawah atap yang sama dan sosok yang menjadi ibu untuk putra kesayangannya sebaik apapun Arina berusaha menjadi istri yang baik untuknya. Semua hal yang dilakukan Arina serasa tidak berarti sama sekali sampai akhirnya Arina lelah sendiri, meraih cinta suaminya nyatanya hal yang mustahil bagi Arina. Perlahan, Arina menjauh membangun benteng tinggi yang membuat Dewa tersadar betapa seharusnya dia bersyukur memiliki Arina dalam hidupnya. Sayangnya, semuanya sudah terlambat. "Mas Dewa, aku capek."