Tahun 1998, ditemukan seonggok mayat mengenaskan di pinggiran danau Jibat. Wajahnya hancur tak berbentuk, banyak lebam membiru di berbagai tempat. Tubuhnya seolah kehilangan tulang belulang, kaki dan tangan kanannya bengkok ke arah luar, tak lazim bagi stuktur tulang manusia bisa selentur itu. Yang bisa memastikan identitasnya hanyalah rambut panjang dan anting di telinga, bukti bahwa ia adalah seorang perempuan.
Kasus yang misterius. Polisi bahkan detektif paling handal sekalipun tidak bisa menyimpulkan wanita itu terlibat pembunuhan atau sekedar kecelakaan. Sekian tahun, orang-orang tak pernah membahasnya.
Tabu, terlarang, haram.
Membayangkannya saja sudah seperti teror tersendiri.
22 tahun kemudian, saat kasus itu sempurna terlupakan, anak perempuan kepala desa Jibat mengaku melihat sosok wanita itu dalam mimpi. Menampakkan diri dalam wujud sebagaimana ia mati, dengan wajah datar dan menakutkan. Orang-orang tak memercayainya-lebih tepatnya tak ingin, sebab itu berarti mengulangi demam ketakutan seperti dulu.
Tapi pada akhirnya mereka memikirkan kembali keraguan itu, sebab dalam waktu singkat beberapa orang di desa Jibat mengaku bermimpi hal yang sama. Bara, pemuda pekerja balai desa, berusaha menyelesaikan masalah ini, sebelum ia sendiri diteror oleh sosok mengerikan tersebut.
dr. Sasa Ayuwandira Prawirohardjo dokpol, spesialis forensik, anak sultan dijodohkan dengan Edwin Chandra, S. Ked. Ceo perusahaan P-Farma. Edwin itu pinter, ganteng dan ngegemesin. Dia sempurna seandainya nggak bucin sama Siska, mantan pacarnya yang dalam proses perceraian. Karena cintanya pada calon janda itu, dia menolak Sasa.
Sasa lantas menawarkan 2,5% saham P-Farma miliknya asal Edwin mau menikahinya selama setahun dan menghasilkan satu bocil. Emangnya Edwin sapi ternak! Sasa cuman butuh benihnya aja.
Awalnya Edwin mau menolak, tapi ternyata dia nggak punya pilihan lain. Kira-kira mereka bisa bikin bocil nggak? Gimana dengan Siska? Setujukah dia dengan pernikahan Sasa dan Edwin?
Update setiap hari senin