8 parts Complete Alira Keisya Maheswari lahir di tengah kehilangan, saat dunia kehilangan separuh langitnya. Ibunya meninggal tepat saat ia lahir, membuat hidupnya tak pernah benar² utuh. Ayahnya, Reinaldi Maheswara, hanya datang sekali. Alira tumbuh bersama neneknya, sosok yang menjaga nama "Maheswari" agar cucunya tak kehilangan segalanya. Tapi kasih sayang nenek tetap tak mampu mengisi ruang kosong di hati Alira. Sejak kecil, ia rindu sosok ayah yang jarang hadir
Ia belajar berjalan tanpa dituntun, tumbuh menjadi gadis cerdas dan manis, namun tetap merasakan ada ruang kosong dalam dirinya (ayah). Reinaldi terlalu takut menghadapi kenyataan bahwa ia harus membesarkan anak perempuan yang wajahnya mirip dengan mendiang istrinya. Ia tak pernah mengirim kabar, bahkan tak memberi tanda bahwa ia peduli.
Alira tumbuh, tapi hatinya tetap hampa. Dia menunggu ayah yang tak datang. Setiap rasa sepi datang, ia berharap ada tangan yang menggenggam, namun yang hadir hanya keheningan. Hingga suatu hari, sebuah amplop tua tiba. Surat dari ayahnya.. akhirnya sampai, meski terlambat. Di dalamnya tertulis kalimat yang mengubah segalanya:
"Anakku, putriku, ratuku."
Kalimat sederhana yg mampu menjawab segala pertanyaan yang selama ini digantung. Alira sadar, meski ayahnya tak sempurna, surat itu adalah bentuk cinta yang tertunda namun tulus. Ternyata, ada cinta yang tak pernah berhasil terucap.
Alira belajar: beberapa luka cukup dikenali, dipeluk, lalu dilepas perlahan. Ia berhenti menunggu, bukan karena kecewa, tapi karena akhirnya mengerti. Kehilangan itu sudah cukup lama bersamanya, dan kini ia bisa berdamai. Ia memang tak punya kenangan, tapi punya nama. Nama yang penuh doa, ditulis dengan air mata, lahir dari cinta yang rumit. Nama yang menjadi kisah tentang perpisahan, ketakutan, dan keberanian untuk melangkah maju.
Alira tak lagi menoleh ke belakang. Ia melangkah ke depan, membawa cahaya dari langit yang dulu pernah menghilang, tapi kini menyapanya dari kedamaian. Dan itu sudah cukup.