Sejatinya, perjalanan terpanjang dalam hidup ini adalah perjalanan ke dalam diri, menyelami setiap sisi diri, dan bertemu dengan diri sendiri, sehingga suatu ketika dapat belajar tentang penerimaan terbaik yaitu menerima diri sendiri. Di suatu malam tahun baru, Noya menerima undangan pernikahan dari pacarnya, namun bukan nama Noya yang tertera dalam undangan tersebut, melainkan perempuan lain. Noya yang terkejut, hanya mampu menghubungi sebuah nomor, temannya seorang psikolog. Percakapan mereka malam itu, ternyata justru menghantarkan Noya pada sesi-sesi konseling yang menguras energi membuat Noya ingin menyerah pada hidup. Dalam bahasa Jawa, moelih dapat diartikan pulang. Noya seakan dipaksa pulang ke dalam diri, menyusuri labirin-labirin di dalam dirinya untuk memulihkan satu per satu luka di dalamnya. Luka yang tak terlihat namun begitu terus menghantui hidupnya. Dapatkah Noya bertahan dan menyelesaikan perjalanan moelihnya? Luka batin apakah yang selama ini terus menghantui Noya?