"Aku tidak sekuat apa yang papa sama mama kira, aku juga butuh suport sama hal nya seperti anak seusia ku diluaran sana ma pah. Bahkan kalian tidak pernah mengapresiasi apa pun yang selama ini aku peroleh atau bahkan kalian tidak pernah menganggap ku ada??, yang kalian lihat dan pedulikan hanya kak Damian, semua yang berkaitan dengan kakak pasti kalian akan bangga-banggakan. Rasanya sakit maa pah, sebenci itukah kalian terhadap anak sendiri?? aku salah apa sampai-sampai harus mendapatkan semua ketidakadilan ini??" kata Zilra dengan tubuh yang gemetar dan mata yang berkaca-kaca. Zilra hanya bisa menangis setelah ia meluapkan apa yang membuat hatinya resah. Ia sadar bahwa tindakannya ini tidak bisa dianggap benar namun setidaknya ia bisa merasa lega setelah mengatakannya. "Kaloo saja bunuh diri bukan dosa besar, udah pasti sekarang aku gak bakal ada disini lagi " "ZILRA!!! jaga ucapanmu selama ini papa udah berlaku adil sama kalian berdua, papa gak pernah beda-bedain anak papa sendiri " "Gak pernah kata papa, selama ini yang papa perhatikan hanya ka Damian. Zilra gak pernah dapet perhatian sekecil apapun dari papa. Bahkan disaat aku sakitpun papa gak pernah perhatian sama aku. Apa perlu aku mati dulu baru aku bisa dapet perhatian dari papa??" "Papa mungkin emang jarang perhatiin kamu, tapi kan selama ini mama selalu ada untuk kamu Zilra" ucap sang mama dengan penuh kelembutan. "Selalu ada apanya ma, mama bahkan gak pernah tauu kegiatan apa yang biasanya Zilra lakuin. Sesusah itukah untuk berlaku adil terhadap anak kalian sendiri??" Setelah mengatakan itu Zilra langsung berlari menuju kamarnya dengan perasaan yang campur aduk. Apakah Zilra akan mampu menghadapi semua penderitanya? atau mungkin ia tidak kuat dan memilih utuk menyerah begitu saja?
10 parts