Apapun yang terjadi, waktu terus berjalan dan tidak berhenti meskipun Aya ingin bernapas tanpa beban sehari saja. Seumur hidup Aya selalu meyakini bahwa cobaan yang ia dapatkan pasti sesuai dengan kapasitasnya sebagai seorang manusia. Namun keyakinan itu menguap karena kenyataan menghabisi semangat hidupnya, Aya yang berusaha hidup dengan baik berdampingan dengan masalahnya mencapai titik lelah dan ingin mati. Semua usahanya dirasa sia-sia. Dirinya benar-benar tidak menyangka bahwa kini ia sampai pada titik kehabisan solusi atas semua yang ia hadapi. Sampai-sampai ketidaksanggupannya untuk terus hidup dalam ketidakberdayaan menuntutnya untuk bunuh diri. Di sisi hidup yang lain, Ryu hidup tenang meskipun kosong, masalah sehari-hari yang ia hadapi hanyalah persoalan perusahaannya. Namun tentu saja, ada harga yang dibayar untuk segala hal yang ia miliki. Seperti dikutuk untuk selalu menjadi kesepian, hidup menempatkan Ryu untuk merasa kehilangan berkali-kali. Namun, berapa kalipun kehilangan, Ryu tidak pernah terbiasa sama sekali. Tapi hidup harus tetap berlanjut tanpa orang yang Ryu sayang. Ryu harus tetap bertahan hidup untuk mengemban amanah menjaga bayi 2 tahun 6 bulan yang ditinggal meninggal kedua orangtuanya yaitu kakak laki-laki Ryu. Sebab Ryu adalah satu-satunya orang yang bayi itu miliki. [cover: pinterest]