Story cover for LAUT TOLONG BAWA AKU PERGI by RyuAshela17
LAUT TOLONG BAWA AKU PERGI
  • WpView
    Reads 27
  • WpVote
    Votes 6
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 27
  • WpVote
    Votes 6
  • WpPart
    Parts 1
Ongoing, First published Apr 24, 2024
Laut itu indah, tenang, dan bisa di jadikan tempat untuk meluapkan semua emosi...tapi bolehkah laut membawaku pergi?

menceritakan tentang seorang gadis SMP yang benar-benar jauh dari kata 'bahagia' kehidupannya di penuhi dengan penyiksaan bagi anak itu, Violet Shakira 
itulah nama gadis yang tengah berdiri di tepi laut memandangi deburan ombak yang menabrak batu karang dan suara kicauan burung di atas langit sore yang indah.

gadis itu tidak bahagia...sakit dia benar-benar sakit setelah kematian sang kakak ke duanya ibu dan ayah violet benar-benar membencinya dan menyalahkan dirinya karena membuat anak mereka mati, begitu pula kakak pertama violet yang kini membenci kehadirannya dan selalu saja bersikap kasar padanya.

"kakak jika laut bisa membawa mu pergi...apa laut juga akan membawaku bersama kakak?"

terlalu lama memendam luka sendirian itu sakit...

"Laut...tolong bawa aku pergi"
All Rights Reserved
Table of contents
Sign up to add LAUT TOLONG BAWA AKU PERGI to your library and receive updates
or
#271trustissues
Content Guidelines
You may also like
Grow Up [COMPLETED] by linohyun_
32 parts Complete
Terlalu banyak ambisi terlalu berbahaya bagi diri sendiri. Keinginan terkuat Violet saat ini hanyalah keluar dari penjara berkedok rumah, sebab di sana ada banyak perintah yang harus Violet taati. Arik, Ayah Violet sangat menginginkan Violet terlihat sempurna di mata semua orang. Arik memaksa putrinya sendiri agar bisa melakukan segalanya, dapat menguasai berbagai macam bidang. Alasannya hanya satu, Arik tidak mau keluarganya ditertawakan karena memiliki anak yang tak bisa apa-apa. Karena itulah Violet ingin kabur, mencari kehidupan yang sebenarnya, mencari kebebasan di luaran sana. Namun, rasa sayangnya Violet pada Arik menguburkan niatan yang telah Violet rancang. Berantakan, semuanya telah berkeping tak bersisa. Sampai kapan pun, mungkin selamanya Violet akan terkurung di kediaman yang penuh dengan kekangan. Menahan diri agar bisa bertahan, menahan air mata yang tak pantas Violet luruhkan. Hingga Violet bertemu Edgar, musuh yang sudah terjalin di awal masuk Sekolah Menengah Atas. Kedatangan Edgar dalam hidup Violet semakin mengacaukan Violet, hatinya kian membawa beban, dengki akan sikap Edgar yang begitu menyebalkan. Sampai pada akhirnya rasa itu hadir, menghilangkan sedikit demi sedikit luka yang Violet terima, mengusap linangan cairan bening setiap kali Violet menangis, dan menyelamatkan Violet supaya bisa menghirup udara yang benama kebebasan. Namun, tak lama hubungan Violet dengan Edgar terdengar ke telinga Arik. Sehingga pria paruh baya itu semakin memaku Violet agar tidak bertindak kelewat batas. Pertanyaannya, bisakah Edgar membantu Violet agar kembali bisa menatap pemandangan yang lebih indah dibandingkan dengan buku-buku sialan yang selama ini Violet kencani? Atau ... tidak? ^_^ #WMChallenge30Days __ GROW UP__ Copyright ©2021 by linohyun_
You may also like
Slide 1 of 10
Hear (Completed) cover
Grow Up [COMPLETED] cover
Broken ? cover
ELGITA  (TERBIT) cover
THEODHORE || TRANSMIGRASI  cover
Sea Gentala (Tamat) ✔️ cover
Dalam Mercusuar [END] cover
Mars dan Venus cover
Rintik Sendu [Terbit] cover
뭐라고요 cover

Hear (Completed)

16 parts Complete

"Menurut lo, kehidupan itu apa?" Kepalaku sukses menoleh lagi ke arahnya, oke ini sangat random. Seorang laki-laki yang baru ku kenal, duduk di sampingku, kemudian menanyakan tentang sesuatu yang tidak pernah kupikirkan sama sekali. "Hidup itu ketika kita bisa menghargai satu sama lain, peduli dan berbagi," jawabku sedikit ragu. "Dan ketika lo ngerasa nggak dihargai apa menurut lo, tetap bisa dianggap hidup?" Aku sedikit bingung. Namun aku akhirnya menganggukkan kepala. "Bagaimanapun kalau Tuhan belum jemput kita untuk pulang, mau sekeras apapun hidup ini, kita harus tetap hidup kan?" "Lelah sama hidup ini nggak?" ujarnya kembali menoleh. "Lelah, sakit, capek. Rasanya pengen mati aja," sahutku ikut menoleh ke arahnya. "Tapi, kalau kita ngeluh bukannya beban kita justru semakin bertambah? Dan kita malah jadi nggak bersyukur sama hidup yang udah Tuhan kasih."