Elara Sang Penyihir

Malam itu, bayangan-bayangan yang menakutkan mengintai di antara pepohonan, mencari-cari tanda-tanda keberadaan para wanita yang dianggap sebagai ancaman bagi otoritas gereja. Di tengah keheningan yang menyelimuti, terdengar langkah-langkah berat yang mendekat, mengumandangkan ketakutan yang mengerikan di dalam hati mereka.

Tiba-tiba, tanah di sekitar mereka bergetar, dan dengan cepat, pasukan penjaga yang dipimpin oleh utusan gereja melanda tempat persembunyian mereka. Dalam sekejap, para wanita itu dikelilingi oleh tentara-tentara yang bersenjatakan pedang dan tombak, mata mereka bersinar dengan niat jahat yang tidak terbantahkan.

"Serahkan dirimu, penyihir!" pemimpin penjaga itu menggelegar, suaranya bergema di seluruh hutan. "Dengan ini kalian dituduh mempraktikkan ilmu hitam dan bersekongkol dengan kekuatan jahat. Anda akan menghadapi hukuman yang ditetapkan oleh gereja!"

Para wanita itu merasa nafas mereka terputus saat mereka melihat ke arah musuh-musuh mereka, kekuatan mereka yang lemah tak berdaya di hadapan kekuatan yang tak terkalahkan. Namun, meskipun mereka tahu bahwa nasib mereka mungkin sudah ditentukan, mereka tetap teguh dalam kepercayaan mereka dan tidak akan menyerah begitu saja.

Dalam serangan yang cepat dan ganas, para wanita itu diseret dari tempat persembunyian mereka dan dibawa ke pengadilan gereja yang curang, tempat di mana tuduhan-tuduhan palsu dan hukuman-hukuman kejam menanti mereka. Di hadapan otoritas gereja yang tidak terkalahkan, mereka dipaksa untuk menghadapi tuduhan-tuduhan yang tidak berdasar, tanpa adanya keadilan atau belas kasihan.

Dan pada malam yang gelap itu, di tengah hutan yang sunyi, api pembakaran berkobar di tiang pancang, menyala dengan keganasan yang mengerikan. Para wanita itu diikat pada tiang-tiang yang terbuat dari kayu keras dan kering, tubuh mereka terbungkus dalam kobaran api yang melahap segalanya.

Bagaimana kisah selanjutnya?