Di Pondok Pesantren Ibnu falah, Rizkia Asy-syifa hidup dalam ketaatan dan ketaatan yang tak tergoyahkan terhadap para guru dan pemimpinnya. Namun, hidupnya tiba-tiba berubah ketika sang gurunya memutuskan untuk menjodohkannya dengan seorang pria yang dikenal sebagai Gus. Meskipun ragu dan tak memiliki pengetahuan tentang latar belakang dan karakter Gus, Rizkia tak berani menolak perintah gurunya. Meskipun berusia hanya 18 tahun, Rizkia telah diperhitungkan oleh para guru dan dihormati oleh semua khadam di pondok. Dia memiliki sikap yang baik, sopan, dan menjadi kepercayaan khusus Bu Nyai, seorang pemimpin wanita yang dihormati di pesantren. Namun, Rizkia tidak pernah memikirkan tentang pernikahan, terlebih menikah muda. Namun, terpaksa menerima takdirnya. Rizkia berharap bahwa setelah menikah, rumah tangganya akan bahagia dan harmonis. Namun, harapan Rizkia hancur ketika dia menyadari bahwa hubungannya dengan suaminya, Gus, hanya membuatnya terasa seperti benalu di dalam hubungan yang seharusnya penuh dengan cinta dan kasih sayang. Dalam usahanya untuk menuruti perjodohan dan mempertahankan pernikahannya, Rizkia menahan kesedihan dan rasa sakit. Namun, titik kesabaranannya akhirnya tercapai, dan Rizkia memutuskan bahwa kebahagiaan pribadinya lebih penting. Dalam memilih memperbaiki diri dan menemukan cinta sejati, Rizkia harus berani mengambil langkah berani dan meninggalkan suaminya. "Ya Allah, mungkin ini jalan satu-satu untuk menggapai kebahagiaanku dengan caraku sendiri." DiikutsertakanDalamEventSoloYangDiAdakanBSP