Dalam keseharian yang sederhana, Zahra menyimpan banyak cerita yang tak selalu bisa ia ungkapkan. Bukan hanya soal cinta pertama atau patah hati, tetapi juga perjalanan panjang yang dipenuhi luka, harapan, dan pelajaran hidup yang tak mudah. Zahra, gadis dengan impian yang sederhana, mendapati dirinya terjebak di antara keyakinan dan kenyataan, antara harapan akan cinta yang tulus dan perasaan bahwa dunia ini penuh dengan ujian yang harus ia jalani seorang diri.
Di balik senyum lembutnya, Zahra menyimpan berbagai pertanyaan tentang hidup. Di dalam buku hariannya, ia menuliskan semua yang tak bisa ia bagi pada orang lain, kegelisahan tentang masa depannya, keraguan tentang cinta, serta luka yang ia sembunyikan dari semua orang. Terkadang, ia merasa kuat untuk berdiri sendiri, namun sering kali ia rapuh dan hanya ingin bersembunyi di balik halaman-halaman penuh tulisan.
Zahra terus berjuang melawan perasaan yang bergejolak di hatinya. Ia bertanya-tanya, apakah jalan yang ia pilih akan membawanya pada kebahagiaan yang ia cari, ataukah semua ini hanyalah bagian dari rencana Tuhan yang belum ia pahami?
"Tuhan, jika aku kuat, mengapa aku merasa begitu lelah? Jika aku tak seharusnya berharap, mengapa Engkau biarkan aku mencintai? Jika perasaanku salah, bimbinglah hatiku agar tak terlalu jauh tersesat. Karena di balik semua ini, aku hanya ingin merasa damai."
Apakah Zahra akan menemukan jawabannya? Mampukah ia berdamai dengan dirinya sendiri dan menemukan makna sejati dari cinta, kehilangan, dan keikhlasan? Perjalanan Zahra adalah perjalanan setiap hati yang pernah merasa rapuh, tetapi tetap berharap bahwa di ujung jalan, ada keindahan yang menantinya.
Kisah ini membuktikan bahwa roda terus berputar, kadang berada dibawah dan kadang diatas.
Menyadarkan hidup tak sepenuhnya tentang cinta, ada saatnya cinta itu tak berguna bila selalu di sia-siakan.
Cinta dan Benci.
Dua kata yang berbeda dan rasa yang bertolak belakang, namun dua rasa itu berhubungan, semacam tak ada benci bila tak ada cinta dan sebaliknya tak ada cinta bila tak ada benci.
Ini kisah sederhana namun penuh makna, menarik dan penuh intrik.
***
"Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Lovely.
"Hmm." jawab Bima cuek.
"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanya Lovely sambil melihat kedepan memandang gedung-gedung tinggi.
Bima hanya cuek tanpa peduli apa yg dimaksud oleh gadis yang duduk disampingnya.
Gadis itu menarik nafas dalam-dalam mencoba menguatkan dirinya.
"Apa aku harus bertahan dan terus mengejarmu yang selalu lari menjauh dariku? Atau aku harus menyerah dan berhenti memperdulikanmu bahkan pergi jauh darimu agar aku bisa melupakanmu?" tanya gadis itu tanpa sadar air matanya menetes membasahi pipinya.
Mendengar itu Bima langsung menoleh dan terkejut.
Bima diam.
"Jawab Abimanyu Gatra." pinta Lovely.
Bima masih diam.
Hingga dengan penuh pertimbangan, pemuda itu memutuskan.
"Jika gue ingin lo tetap bertahan, apa lo akan bertahan?" tanya Bima ambigu.
Mendengar itu ada setitik harapan dihatinya, namun.....
"Tapi gue tidak akan memberi lo kesempatan untuk mendekat." lanjutnya yg mampu menusuk hati Lovely begitu dalam.
Beginikah rasanya sakit hati karena cinta?
"Jika kamu mau seperti itu, aku akan lakukan. Bukankah cinta butuh pengorbanan." jawab Lovely.
Lagi-lagi Bima terkejut dengan jawaban Lovely.
"Aku akan bertahan dan memperjuangkan. Apakah kamu bahagia?" tambah Lovely.
Dirinya memang gadis bodoh yang rela tersiksa hanya karna cinta. Tapi bagaimanapun juga ia tidak bisa berbuat apa-apa. Biarlah hatinya sakit dan hancur berkeping-keping hingga hatinya sendiri lelah dan tak dapat merasakan cinta itu lagi. Bahasa halusnya mati rasa.