4 parts Ongoing "Dengarlah, anak-anak Crimson...
tentang langit yang dulu bersinar, dan kini menangis darah.
Pernah ada masa, jutaan tahun silam,
saat sayap terang dan tanduk gelap bertarung di atas awan.
Malaikat-pembawa harapan.
Iblis-penggenggam kehancuran.
Mereka menari di langit, mematahkan bintang-bintang,
dan bumi menjadi panggung untuk dendam yang tak selesai.
Gunung meledak, laut berubah bara,
dan doa-doa jadi abu dalam perang yang tak berakhir.
Tak ada pemenang, hanya dunia yang retak.
Crimson-namanya lahir dari luka,
warna tanahnya pun seperti hati yang pernah dicabik taring neraka.
Kini...
roh gentayangan mengeluh di lorong-lorong senyap,
bayangan berjalan tanpa tubuh,
dan sihir-ah, sihir kini lebih mirip kutukan daripada keajaiban.
Tapi dengarlah baik-baik,
di tengah reruntuhan dan langit yang patah,
selalu ada satu cerita kecil yang berani menyalakan nyala-
meski api itu kecil dan nakal,
ia bisa jadi awal dari sesuatu yang lebih besar..."
(Si penyair menutup matanya, tersenyum pelan.
Dan angin Crimson kembali berbisik)