Angin malam yang terasa dingin perlahan menusuk permukaan kulit pemuda tampan itu, ia berdiri memandang kelap-kelip pemandangan kota seoul dari jendela kamarnya. Bersedekap dada sembari termenung memandang kejauhan. Ia berulang kali menghela napas, sedikit tersentak saat merasakan kehadiran seseorang di sampingnya. "Sehun-" Pemuda bernama Sehun itu berbalik, menghadap seseorang di sebelah kanannya. Memeluk perempuan cantik itu dengan segenap jiwa dan raganya. " jika seandainya... hari ini adalah hari terakhirku-" "Ssstt." Sehun dengan cepat memotong perkataan gadis dalam dekapannya itu. Memebelai rambut halusnya sebelum mengcupnya pelan penuh kasih. " kumohon... jangan terlalu lama larut dalam kesedihanmu." Ucap gadis itu yang mana membuat Sehun memejamkan matanya rapat. Jantungnya berdegup kencang, pikirannya kalang kabut. Mengeratkan kembali pelukannya pada sang gadis saat netranya menangkap sebuah cahaya terang benderang yang menyilaukan matanya. "Tidak... tidak." Racau Sehun. Ia memeluk erat gadisnya seolah enggan melepaskan. " kumohon. Jangan sekarang, Lalisa." Sia-sia. Perlahan namun pasti, cahaya yang membuat matanya silau tersebut perlahan merenggut gadis dalam pelukannya. Membuat Sehun meraung merasakan kekosongan dalam dekapannya. "TIDAAKK. LALISAAA!! LALISA JANGAN PERGI... LISAA. TIDAAKK!!" Sehun mengamuk, terduduk lemas sembari menangis hebat. Persetan dengan spekulasi orang-orang tentang pria tidak boleh menangis. Tapi, kehilangan seseorang yang begitu kalian cintai nyatanya mampu membuatmu merasa gila. Sehun meraung hebat dalam tangisnya. Memukul lantai penuh amarah yang mana ia tau tak akan mengembalikan gadisnya. Karena nyatanya, alam mereka sudah berbeda. " di kehidupan selanjutnya... mari tetap saling mencintai." Batin Sehun di tengah raungannya. Duduk bersujud sembari memohon pada Tuhan agar Lisa-nya kembali. Meskipun ia tau, bahwa hal itu tak akan pernah terjadi.
8 parts