Aku menelan ludah dengan susah payah ketika melihat tubuh bapak tergeletak lemah di tengah jalan. Darah segar mengalir deras di perut bapak. Benci, kecewa, perasaan bersalah bercampur menjadi satu serta menyeruak di dada. Aku menatap tajam seorang lelaki bertutupkan topeng di wajahnya. Jacket hitamnya berlumuran darah, tetapi itu bukanlah membuatnya takut. Malahan dia tertawa terbahak-bahak seakan-akan dia merasakan kesenangan karena sudah membunuh bapak. "Maafkan aku, bapak kamu sendiri yang menyerangku terlebih dahulu," ujarnya sambil menggenggam erat pisau yang bernoda cairan merah tersebut. Dia mendekat dan berbisik ke arahku. "Bangunlah, kamu sedang bermimpi. Aku tidak akan mungkin membunuh orang yang paling kamu sayangi." .... Apa yang dikatakannya barusan memanglah benar. Tiba-tiba saja aku terbangun di sebuah ruangan yang tak asing dalam penglihatanku. Ini kamarku sendiri, aku menoleh ke sana ke mari. Berharap melihat lelaki yang berada dalam mimpiku. Apa yang sebenarnya terjadi? Sudah berkali-kali aku memimpikan hal yang sama. Siapa orang itu sebenarnya? Apa dia orang yang kukenal. .... "Pak, aku pengen bapak nggak usah kerja dulu. Semalam aku mimpi kalau bapak meninggal." "Itukan mimpi, lagian bapak kalau enggak kerja. Nanti atasan bapak marah. Kamu mau bapak dipecat?" "Tapi, pak ..." .... Aku tidak salah mendengarnya. Dalam mimpiku ada suara radio yang memberitahukan bahwa pada hari itu tepat pada tanggal 11 Desember 2022. Yah, hari ini juga tanggalnya sama dengan mimpiku. .... "Bapak!" Aku menangis sejadi-jadinya melihat hal mengerikan di depanku. Mimpi itu benaran terjadi. Orang yang ada di dalam mimpiku juga berada di sana. Dia sedang berdiri dengan pakaian yang dikenakannya sama persis seperti yang kumimpikan semalem.