Di balik senyumnya yang polos, tersimpan luka yang dalam. Seorang anak yang seharusnya dilindungi, justru harus berjuang setiap hari dalam keluarga yang toxic-tempat yang seharusnya menjadi pelabuhan cinta, berubah menjadi medan perang penuh luka.
Dia tumbuh di antara teriakan, penghinaan, dan pengabaian. Setiap kata pedas, setiap pandangan dingin, mengikis sedikit demi sedikit rasa percaya dirinya. Meski darah mereka mengalir sama, cinta tak pernah menjadi bahasa yang mereka pahami. Dia adalah anak yang "tak diinginkan", tapi bukan berarti tak berharga.
Di tengah ketidakpedulian, dia belajar berdiri sendiri. Di antara racun kata-kata, dia berusaha menemukan arti kasih sayang yang sejati. Mungkin keluarganya tak memberinya tempat, tapi dunia ini luas-dan suatu hari nanti, dia akan menemukan orang-orang yang memandangnya sebagai berkah, bukan beban.
"Apa Tuhan tidak akan marah jika aku pulang sekarang?"
Itu kalimat yang selalu Naylin tanyakan pada Tuhan, akan tetapi sampai sekarang ia belum juga mendapatkan jawabannya.
Semestanya terlalu hancur untuk sebuah kata bahagia, hingga ia mulai merasakan cinta, cinta yang ia kira akan menyembuhkan semua lukanya. Justru menempatkannya pada sisi dilema.
Namun, cerita ini bukan hanya tentang Naylin, gadis tuna netra yang dianggap aib dan kegagalan oleh Ayahnya. Tapi juga tentang Zirka, lelaki pengidap gangguan mental yang selalu dianggap pembawa sial oleh Mamanya, Mama yang belum pernah ia rasakan kasih sayang nya.
Mereka memiliki misi rahasia, sampai mereka harus dihadapkan dengan kenyataan yang menyakitkan, takdir, luka lama, bahkan masa lalu yang memaksa mereka untuk menyerah.
Mampukan mereka bertahan? Di saat mereka sudah kehilangan harapan.
**********
Ini hanyalah tentang anak manusia yang tumbuh dengan lukanya.
Luka yang mungkin tak ada obatnya.
Start Oktober 2023