Perjalanan hidup ini menggambarkan lika-liku seorang anak muda yang menghadapi berbagai tantangan sejak masa kecilnya. Dimulai dengan kenangan masa kecil yang penuh dengan kekerasan dan pengabaian, cerita ini terus berlanjut ke masa remaja dan dewasa yang penuh dengan perjuangan untuk mencari jati diri dan bertahan hidup. Pada masa sekolah dasar dan menengah, meskipun aktif dan ceria, penulis mulai merasakan kesenjangan perhatian dari orang tua dan lingkungan sekitarnya. Kekerasan fisik dan emosional yang dialami di rumah meninggalkan luka mendalam yang mempengaruhi kesehatan mentalnya. Saat SMA, tantangan semakin berat dengan keretakan hubungan keluarga yang semakin jelas, kehilangan kepercayaan diri, serta tekanan ekonomi yang membuatnya harus berjuang lebih keras. Ketika orang tua berpisah, penulis merasa semakin terasing dan kehilangan arah, namun tetap berusaha untuk menyelesaikan pendidikannya meskipun harus berpindah-pindah tempat tinggal. Setelah lulus SMA, perjuangan untuk bertahan hidup semakin berat. Tanpa dukungan finansial dan emosional dari keluarga, penulis harus bekerja keras, menganggur, bahkan berhutang untuk sekadar bertahan hidup. Keputusasaan sempat menghampiri, namun penulis tetap berusaha untuk terus melangkah meski dengan kondisi mental yang semakin terpuruk. Cerita ini tidak hanya menceritakan tentang kesulitan, tetapi juga tentang keteguhan hati untuk terus hidup dan mencari makna di tengah segala keterpurukan. Dengan harapan bahwa ada orang di luar sana yang mengerti dan berhenti menyalahkan keadaan, penulis berbagi perjalanan hidupnya untuk menunjukkan bahwa kita semua sedang berjuang di jalur masing-masing.