Dari sekian banyak potensi, aku rasa potensi terbesarku adalah hidup dalam bayang-bayang hutang atas kemewahan hidup kekuargaku. Hidup bagai layang-layang terbawa angin tanpa tuju, masih beruntung kait benang tidak putus. Atau barangkali, sebentar lagi. Apa yang diharapkan dari karir diambang batas menuju jurang kemiskinan selain berharap datang sebuah keajaiban? "Mel, ini. Undangan terakhir, Milan Fashion Week. Aku harap itu bisa mengembalikan sinar lampu sorotmu." Tidak ada keberuntungan dalam kalender hidupku. Bahkan untuk mendapatkan hidupku kembali, aku harus membayarnya dengan ketidakbebasan. "Satu bulan lagi?" tanyaku. "Satu bulan dan kita selesai."