"Kupikir aku sudah hijrah ternyata aku hanya bertopeng, postinganku perihal agama, bahkan aku bijak dalam merangkai kata, tapi ilmuku masih minim, amalanku sangat sedikit, bahkan hatiku berpenyakit."
Huhh..
Lagi dan lagi.
Hanya bisa mengeluh, meratapi, dan sedikit bersyukur.
Pandai dalam berdakwah di hadapan teman, tapi tidak pandai berdakwah pada diri sendiri. Eh, koreksi. Bukan pandai berdakwah, tapi pandai 'ngomong'.
Masih suka merasa diri ini lebih paham dibanding orang lain. Takut untuk membuka dan menyadari bahwa diri ini masih begitu awam.
Mengapa demikian?.
Padahal jelas sekali bahwa ilmu yang di raih belum ada apa-apanya. Bahkan jauh dari kata masih awam, alias masih 0. Mungkin kalau awam di nomor 20. Nah, klo jauh dari kata masih awam itu -99°C, sangat beku.
Jika sudah seperti ini?, mengapa masih berdiam diri dengan diselimuti rasa sok paling tau dengan ilmu?.
Huft...
Katanya sih masih proses belajar, tapi ngga ada pergerakan sama sekali.
Cuman omong kosong yang rasanya sulit untuk ditampik bahwa diri ini masihh saja stuck dijalan itu itu saja.
Katanya sih ingin jadi perempuan karir yang dijejeri dengan gelar santri terbaik dan dibumbui hafidzah 30 juz.
Ya.. ya.. yaa..
Lagi dan lagi, itu hanya ucapan dan hayalan semata. Entahlah, sampai kapan hidup dalam angan-angan gelar terbaik seperti itu.
Rasanya, hanya ingin merubah detik menjadi menit, butuh effort dan perjuangan yang harus selalu di Istiqomahkan.
Dan, satu lagi.
Kadang tuh masih ngga sadar kalau diri ini masih begitu awam dengan bau-bau ilmu agama. Tapi, masih saja menampik bahwa sebenarnya kita itu tahu tentang ilmu itu.
Sekadar garis besar saja, rasanya sakit jika melihat kalau diri ini masih dijalan yang sama.
Lantas, sampai kapan kita berdiam diri tanpa mengambil alih jalan?. Padahal waktu terus berputar.
Dan...
Kita tidak tau, kapan ajal datang?.
Apa yang harus kita persiapkan jika waktu itu akan datang sebelum kita kembali mengharap ridho-Nya?.
10/Jun/'24