"Manusia itu tidak ada yang sempurna, Megantara. kita semua sama, pernah berbuat salah, pernah menjadi pelaku, pernah juga jadi korban, semua setimpal dan berjalan sesuai porosnya." Katanya suata hari di sore yang hampir dijemput oleh malam. BOHONG. Megantara ingin sekali saja berani dan lantang dengan berteriak tentang kebohongan atas ucapan itu. "Manusia memang tidak sempurna, Sabian. Dan benar semua sudah sesuai poros, semua sudah sesuai adil Tuhan. Tetapi, saat Tuhan memiliki adil maka manusia memiliki standar penilaiannya sendiri." Bantahan yang tidak pernah mampu Megantara kumandangkan. Megantara lelah, tapi sepertinya Sabian tidak mengenal itu dalam kamus hidupnya yang hampir mengemban semua warna yang ada di dunia.