5 parts Ongoing Aqeela Aza Calista percaya bahwa dirinya dilahirkan untuk bicara. Ia bisa berbicara tentang apa pun, kapan pun, kepada siapa pun termasuk kepada pot bunga di sudut kelas, jika tidak ada manusia yang bersedia mendengarkan. Hidupnya penuh ekspresi, penuh teori aneh, dan tentu saja, penuh drama. Menurutnya, setiap detik layak dijadikan monolog internal atau eksternal, tergantung mood.
Namun hidup Aqeela berubah drastis ketika seorang siswa baru bernama Arya Mohan Suryanandika duduk di depannya. Pria itu terlalu tenang. Terlalu sopan. Terlalu... sempurna. Bagaikan malaikat turun ke bangku depan kelas, lengkap dengan aura damai dan senyum yang bikin hati tak tenang.
Dalam dunia Aqeela yang penuh kehebohan, kehadiran Mohan bagai white noise yang menenangkan atau mungkin justru plot twist yang belum siap ia hadapi.
Apakah mungkin ada seseorang yang tidak hanya tahan, tapi justru nyaman dengan ocehan 137 kata per menit dan teori konspirasi tentang kenapa sendok lebih ramah lingkungan dari garpu?
Ini bukan hanya kisah cinta biasa. Ini kisah tentang gadis yang terlalu banyak bicara, dan pria yang terlalu sabar mendengar. Di antara ribuan kalimat yang keluar dari mulut Aqeela, barangkali hanya satu kalimat yang benar-benar penting...
"Kamu... dengerin aku, ya?"