"Aku mau cerai." Kalimat yang selama beberapa minggu ini tercekat akhirnya lolos dari ranum Anna. Rasa lega seketika menyeruak dari rongga dada seolah memberi arti kebebasan. Sayangnya, hal itu pupus dalam sedetik ketika telinganya mendengar hentakan keras aduan gelas dan meja yang sama-sama bermaterial kaca. Di ujung sana, pemuda tinggi itu berdiri. Bersandar pada dinding, menatap lurus nan angkuh Anna sembari bersilang dada. Bahu lebar serta dada bidang buat ia tampak gagah. Sebatang sigaret masih terjepit di antara sela bibirnya. Tanpa ada hisapan, ia hanya memainkan ujung batang nikotin tersebut. Bisa dibilang, dia telah kehilangan selera. "Anna." Ini dia. Sesi yang paling buruk dari semua yang terburuk. Mampu buat Anna terpuruk dan sesak tanpa perlu ada tali yang membelenggu. Setiap suara ketukan pantofel yang terdengar, bagaikan lonceng kematian yang menghampiri. Anna tahu dia sudah mengambil langkah paling berbahaya seumur hidupnya. Dan jika memang Dewi Fortuna tidak berpihak lagi padanya, maka siap tidak siap Anna harus menghadapi konsekuensinya. "Kau pasti masih ingat kan, tentang isi kontrak kita?" Hangat menyapa sisi wajah Anna. Usapan lembut yang begitu penuh kehati-hatian itu malah terasa mengancam. Siapa yang tahu jika tangan kekar itu bisa haus akan darah kapan saja. "Coba sebut, aku ingin mendengarnya langsung dari bibirmu." Kecupan mendarat ringan di bibir Anna. Tubuh kecilnya mulai masuk dalam kungkungan erat sang dominan. Dan semakin erat ketika ia mencapai bait akhir. "...... Pihak kedua tidak memiliki hak dalam memutuskan hubungan secara sepihak-..." "Dan bila ia melanggar?" Anna tercekat. Kelopak matanya tertutup erat. Tidak kuat melontarkan kalimat yang akan menyeretnya pada hukuman. ©wintucrush Start = 24 Juni 2024