20 partes Continúa Aula Aetherium bergema oleh napas lega, panji-panji tua menggantung seperti saksi bisu di atas sosok berlutut yang namanya telah berlari mendahului kebenaran, dan aku berdiri di antara mereka, menyaksikan para pemegang kuasa dan mereka yang percaya mengukuhkan keyakinan menjadi perayaan, seolah ketakutan dapat diakhiri dengan memenggal seorang manusia. Ketika algojo mengangkat pedangnya dan sebuah suara berbisik, "Dialah yang akan mengakhiri dunia ini," kata-kata itu jatuh ke dadaku bukan sebagai keadilan, melainkan sebagai restu untuk berhenti bertanya.
Aku telah membaca lembar demi lembar masa lalu, menautkan jejak yang terserak, mengikuti kisah itu hingga semuanya menunjuk ke titik ini, namun pada saat sorak membumbung dan bilah pedang tertahan di udara, yang kurasakan hanyalah sunyi yang ganjil, kehampaan yang dingin, seakan kebenaran telah melintas pergi sementara kami sibuk menyepakati wujudnya. Lelaki itu tak menyerupai akhir, ia lebih tampak seperti jawaban yang disusun dengan rapi agar tak ada lagi pertanyaan yang perlu diselamatkan, dan ketika kerumunan menuntut darah, aku terlambat menyadari bahwa Aetheria masih runtuh di bawah keyakinan kami sendiri.
Sebab apa pun yang benar-benar mematahkan dunia ini tak pernah berlutut di hadapan kami. Ia berdiri tanpa nama di antara sorak-sorai, tenang, tak terlihat, dan menang.
Dan baru kelak kami mengerti, hari itu bukanlah awal keselamatan, melainkan saat ketika sesuatu yang jauh lebih sunyi akhirnya dibiarkan bebas.