"Lalu?" tanya Gus Barra sembari memakan makanan yang di buatkan istri tercinta-nya itu. "Niku Gus..." lirih Nayka memandang Gus Barra sembari berjalan mundur pelan pelan.
Baru saja satu sendok masuk ke dalam mulut Gus Barra, ia merasakan sensasi masakan yang berbeda.
Asin, rasa asin memenuhi mulutnya, Gus Barra menundukan wajahnya mencoba menelan makanan yang sudah ia makan, tak baik mencela makanan apalagi yang membuatnya ialah belahan jiwa nya.
Terlalu banyak garam, Gus Barra mencoba membuat wajah sebaik mungkin, ia menatap Nayka yang sedang menunduk, "mboten nopo nopo Dhek... niki sampun enak, sampeyan belajar dugi sinten? Ummi?" tanya Gus Barra membuat Nayka menjadi bingung.
"Gus, makanannya asin ya? soalnya tadi garamnya kebanyakan... di senggol Limau tadi... maaf enggeh Gus," Nayka meminta maaf karena kesalahannya.
"Engga kenapa napa Dek, gini aja. Gimana kita buat makanan baru? Mas yang bantuin," ujar Gus Barra sembari senyum menghadap Nayka.
Entah perasaan apa yang di rasakan Nayka saat ini, seperti terkena serangan jantung!
***
Perjodohan itu hal yang terkadang membuat beberapa orang kesal, tetapi beda dengan kedua orang dalam cerita ini.
Mempunyai masa lalu yang sama sama menyakitkan tetapi berusaha melengkapi satu sama lain.
Long distance relationship? Sudah biasa. Sang suami di Indonesia berkerja sedang sang istri kuliah di Mesir, mereka saling bertukar kabar.
Jika cerita tanpa masalah sepertinya kurang seru, pasangan suami istri ini sering mengalami ujian dalam rumah tangganya.
Bagaimana ceritanya? Yuk langsung baca cerita ini, happy reading.
Mayor Teddy menyebut Diajeng Serena sebagai Ratu 1001 Modus. Dua tahun terakhir menjalin hubungan tanpa status tak membuat Teddy menjawab soal kepastian.
Lewat tuts piano setelah pertengkaran mereka kala itu, Serena menyuarakan perasaannya. Tentang sakitnya, tentang kecewa dan tentang ikhlasnya.
Serena pernah meminta Teddy mempersembahkan satu lagu untuknya yang ia abaikan, tapi kala itu tanpa diminta Teddy menekan tuts piano demi Serena.