Menemaninya dengan penuh ketulusan bukan menjadi seseorang bisa memiliki segala hal yang diinginkan, selayaknya perempuan cantik Azra Kasih Kinanti. "Qobiltu nikahaha watazwijaha bil mahril madzkur," "Semua sudah benar-benar berhenti, selanjutnya selamat merayakan hari-hari patah hati." Namun sosok yang lain datang dengan mengulurkan tangan kekarnya di saat dirinya berkubang dalam lara dan air mata. Memberikan bahu untuk dirinya bersandar dan telinga untuk dirinya bercerita panjang lebar, tapi semuanya tidak akan mungkin menggantikan sosok yang pernah mengisi hari-harinya. Lantas, apakah Kinanti akan menerima uluran tangan sosok itu? ataukah justru memilih tetap berkubang dalam samudra lara yang penuh air mata?