Ketika seorang anak mencapai usia sepuluh tahun, hidupnya telah berbanding terbalik oleh keputusan pahit sang paman. Rumah yang seharusnya menjadi tempatnya berlindung, kini ia dipaksa untuk menjalani kehidupan yang keras di jalanan yang tak dikenal. Namun, dengan tekad yang kuat dan semangat yang tidak tergoyahkan, ia mampu membangun kembali dirinya dari nol. Setiap rintangan kehidupan dihadapinya dengan keberanian, langkah demi langkah, ia merangkai kembali potongan-potongan hidupnya yang hancur. Takdir kembali mempertemukannya dengan ujian terberat di hari terakhir masa SMA-nya, seharusnya menjadi hari yang penuh kenangan indah dan haru, namun kenyataannya menjadi sebaliknya. Segala perasaan yang telah lama ia kubur dalam-dalam, tiba-tiba melebur menjadi kepedihan yang tak terlukiskan. Di antara sorak-sorai perpisahan dan pelukan hangat teman-temannya, ia melihat gambaran yang menghancurkan, kekasihnya yang selama ini menjadi sumber kebahagiaannya, berpegangan tangan dengan sahabatnya. Mereka saling menguatkan dengan cinta yang seolah menghapus segala makna yang pernah ia bangun.
Akankah keterpurukannya membuatnya menutup diri dan menjauh dari kalangan yang melibatkan perasaan ? Atau apakah seseorang yang memaksa menerobos masuk dapat mengambil kembali segala perasaan yang ditinggalkannya ?