Dari sekian banyak pertanyaan, ia memilih bertanya berkali-kali tentangnya dan semesta; Apakah tidak bisa bersama sekali lagi? Apakah rumah itu sudah tidak bisa diperbaiki lagi? Apakah ia tak bisa bahagia walau hanya sekali? kenapa duka yang tak berkesudahan terus menghampirinya? Ini tentang takdir yang tak pernah berpihak padanya, tentang kebahagiaan yang tak pernah bisa diraih dan tentang luka yang tak pernah ditemukan obatnya. Ia yang memeluk lukanya sendirian, yang berjalan tertatih-tatih di tengah lusinan pisau. Mungkinkah di ujung sana ada secercah kebahagiaan atau justru gunungan luka yang sedang menunggu?All Rights Reserved
Dari sekian banyak pertanyaan, ia memilih bertanya berkali-kali tentangnya dan semesta; Apakah tidak bisa bersama sekali lagi? Apakah rumah itu sudah tidak bisa diperbaiki lagi? Apakah ia tak bisa bahagia walau hanya sekali? kenapa duka yang tak berkesudahan terus menghampirinya? Ini tentang takdir yang tak pernah berpihak padanya, tentang kebahagiaan yang tak pernah bisa diraih dan tentang luka yang tak pernah ditemukan obatnya. Ia yang memeluk lukanya sendirian, yang berjalan tertatih-tatih di tengah lusinan pisau. Mungkinkah di ujung sana ada secercah kebahagiaan atau justru gunungan luka yang sedang menunggu?