Ayah, Hebat!!

I wasn't good with words. Aku tak pernah pandai menyuarakan apa yang ada di hati. Ketika aku ingin marah, ketika aku ingin menangis, yang keluar hanya air mata yang mengalir diam-diam. Aku merasa kecil, seolah semua yang terjadi adalah salahku, meski aku tahu itu bukan salahku.

"Kenapa aku nggak bisa jadi anak yang berani ngomong? Kenapa semua orang bisa bilang apa yang mereka rasakan, kecuali aku?"

"I need to find myself. I need to be free from all the chains that held me down."

"What's the point of all this if I can't make my family proud?" Kadang aku berpikir, semua yang kulakukan ini untuk apa? Harta. Aku harus buktikan kalau kami lebih dari sekadar keluarga yang selalu dibicarakan orang dengan tatapan iba. Aku harus bisa membuktikan kalau kami pantas dihormati. "Bukti, mung butuh bukti, jare wong Jawa," pikirku. Aku percaya kalau dengan harta, segalanya bisa berubah.

Tapi di balik semua itu, aku tetap merasa kosong. Setiap kali aku berhasil mendapatkan apa yang aku inginkan, ada rasa hampa yang datang begitu saja. Kadang aku bertanya-tanya, apakah ini yang benar-benar aku cari? Apakah hanya dengan harta dan kesuksesan aku bisa mengisi kekosongan ini? "Is this all there is to life? Or is there something more?" Aku terus berlari, terus berusaha, berharap suatu hari aku bisa menemukan jawabannya.

Mungkin aku tidak akan pernah bisa mengubah segalanya di rumah, mungkin tidak ada yang bisa mengubah ayah atau mengembalikan senyum ibu yang dulu ada. Tapi aku tahu satu hal, I will keep moving forward. Aku akan terus berjuang, bukan hanya untuk mereka, tapi juga untuk diriku sendiri. Karena pada akhirnya, aku adalah satu-satunya yang bisa menentukan siapa aku sebenarnya.