Aisya yang pada saat itu berusia 9 tahun duduk di pangkuan remaja laki-laki yang terpaut 6 tahun di atasnya. Mereka terlihat seperti kakak dan adik yang akur, sang remaja lelaki tampak mendengarkan Aisya yang berceloteh sendari tadi. "Bang Fajar, 10 tahun nanti aku udah besar kan?." Tanya Aisya, sembari mengayun-ayunkan kakinya. Semua mata di ruangan santai, berpusat pada pertanyaan Aisya. Sedangkan yang di tanya menjawab dengan santai. "Iya udah besar, Aisya nanti umurnya 19 tahun." Jawab Bang Fajar. Mendengar jawaban itu, Aisya tampak sangat senang. "Kata papa umur 19 tahun udah bisa nikah, Aisya mau nikah sama Abang." Papa Aisya yang duduk dengan permainan catur di depannya langsung menepuk dahinya. Jadi untuk ini sang anak gadis bertanya kemarin. "Iya kita nikah." dan mendengar anak sahabatnya menjawab seperti itu Papa Aisya bertambah pusing lagi. Dan 10 tahun kemudian... Seorang gadis remaja yang sebentar lagi menuju kedewasaan, mulai beranjak dari sudut ruangan menuju ke pelaminan. Walau pun tak ada lagi air mata, tapi wajahnya terlihat sekali habis menangis. Namun seakan tak terjadi apa-apa, senyum bodoh ia tampilkan, setelah sampai di depan ke dua mempelai yang satu jam lalu telah sah menjadi pasangan suami istri. "Bang Fajar, Mbak Senja, selamat menempuh hidup baru, semoga pernikahan nya cepat ber akhir." Bertepatan dengan ucapan dan doa nya kepada ke dua mempelai itu terucap. tangannya langsung di tarik oleh Papanya. Menunduk malu Papanya membawa sang anak gadis menjauh dari pusat acara. "kamu bikin Papa gak ada muka lagi Aisya."All Rights Reserved
1 part