Tenang dan Pergi

Tenanglah, pagi harimu tak akan pernah terluka lagi, tak akan ada lagi suara yang berisik disekitarmu. Karena aku sudah pasrah, aku sudah selesai untuk menyuarakan semua isi hatiku dan aku tahu bahwa tak akan ada yang mendengarku. Aku tahu, ketika menyuarakan dan mengeluarkan semua keluh kesahku, mereka hanya akan berkata " jangan pernah berharap apa-apa untuk mendapatkan semua itu dari orang yang sudah membesarkanmu ".

Bagi mereka yang melihatku sumber masalah atau mungkin si paling bebal, pandangannya hanya terlihat di bagian luar saja, lucunya cerita yang kusimpan begitu rapi di anggap hanya bualan belaka. Membela diri sendiri pun sudah tak berarti buat mereka yang melihat kita hanya sebagai si pencari masalah. Ya , begitulah hidup, kita selalu di paksa untuk menerima dan mengerti orang lain padahal hati , mental, kecewa kita selalu di pendam sendiri tanpa terlihat runtuh.

Di fase seperti ini dalam hidupku, kehilangan semua yang kita miliki sebenarnya sangat menyakitkan. Ditampar oleh kenyataan yang kita tahu akan terjadi suatu saat, meski pada akhirnya banyak airmata dan hantaman keras yang menerjang. Semua menyalahkan aku pada kejadian yang sebenarnya mereka tak pernah tahu tentang mental yang hancur ini. Tidak ada yang mau sebenarnya mempertahankan tentang ego diri, tak ada yang mau menyakiti tentang perasaan seseorang hanya karena prinsip yang sudah terluka oleh orang yang kita sayangi. Sialnya, semua usaha yang dilakukan hanya sia-sia

Jika akhirnya aku pergi bukan berarti aku kalah, namun aku ingin mentalku sembuh, aku ingin lukaku tertutup, traumaku menghilang. Aku sudah selesai berharap pada emosi yang meluap dihati, walaupun demikian aku tahu, keputusan untuk pergi adalah bukan hal benar. Setidaknya tidak akan menorehkan kembali luka yang tak kunjung sembuh.

Sidoarjo, 19 Juli 2024