Dion selalu tahu dirinya berbeda. Dia tidak ingin mendominasi. Dia ingin dimiliki.
Dulu, Dion hanyalah pria kurus biasa-pemalu, tidak mencolok, dan selalu merasa ada yang kurang. Tapi tubuh bisa diubah, dan selama bertahun-tahun, ia membentuk dirinya menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar pria berotot. Dion kini adalah mahakarya, muscle slave yang sempurna, siap diserahkan kepada dominan yang pantas.
Tapi siapa yang pantas?
Neo, teman lamanya, adalah seorang penulis erotika gay di Wattpad. Ia telah menciptakan cerita-cerita fantasi tentang muscle worship dan dominasi total, tapi sekarang, ia ingin menciptakan sesuatu yang lebih nyata. Bersama suaminya, Broto, mereka memutuskan untuk melatih Dion, mengurungnya di gym, menjadikannya eksperimen hidup untuk fetish yang selama ini hanya ada di cerita-cerita liar mereka.
Dion setuju.
Ia ingin dijual.
Ia ingin dimiliki.
Ia ingin tahu seberapa jauh dirinya bisa jatuh.
Maka dimulailah eksperimen itu.
Dion menjadi proyek mereka-dilatih, dibentuk, dijual sebagai ikon fetish. Dengan wajah yang selalu tersembunyi di balik topeng hitam polos, dia menjadi legenda urban di dunia fetish. Muscle Slave.
Tapi bagaimana jika eksperimen ini bukan hanya mengubah Dion, tapi juga Neo dan Broto?
Bagaimana jika Dion bukan sekadar boneka yang dibentuk, tetapi sesuatu yang lebih dari itu?
Di antara latihan yang tak manusiawi, calon dominan yang bermacam-macam-dari yang menginginkan Dion sebagai milik hingga yang hanya ingin menghancurkannya-Dion mulai bertanya-tanya...
Apakah dia benar-benar mencari seorang master? Atau dia hanya ingin diakui?
Sebuah perjalanan penuh gairah, eksplorasi, dan pengorbanan, di mana tubuh bukan lagi milik sendiri, dan ketundukan menjadi lebih dari sekadar pilihan.
⚠ Peringatan: Novel ini mengajak pembaca masuk ke dunia di mana batas antara kepemilikan dan kehilangan diri sendiri semakin kabur. Apakah ini keinginan? Atau penghancuran diri yang tersamar?
KONTEN DEWASA!
*****
Sejak kecil Bian dan Fani sudah hidup saling berdampingan. Selain bertetangga, keduanya selalu berada di sekolah dan juga kelas yang sama. Bahkan keduanya juga lahir di tanggal, bulan dan tahun yang sama.
Dengan banyaknya persamaan dan intensnya bertemu tak serta merta membuat keduanya bisa berteman baik. Yang ada setiap bertemu selalu ada saja hal yang keduanya ributkan. Bian yang tengil ditambah Fani yang mudah sekali meledak-ledak adalah perpaduan yang sempurna. Oang-orang terdekat mereka pun sudah terbiasa dengan itu.
Tapi, siapa sangka suatu kejadian yang cukup memalukan membuat Bian dan Fani terjebak dalam situasi sulit, yang membuat keduanya mau tak mau harus tinggal di satu atap yang sama.