*Dagghh.. *Buugghh... suara pukulan merambat kencang kepada angin sekitar sore itu
"Udah gua bilang sama lu ya binatang!!, kalau lu sampai dateng lagi kesini, gua rontokin gigi lu, tapi akhirnya lu dateng lagi. Hahahaha, bilang dadah ya buat satu taring ini," emosi mulai menguasai seluruh bagian otakku, aku yang sedang memegang gunting tang yang kuambil dari kotak peralatan, kala itu tidak pikir panjang untuk akhirnya kubuka kedua mata alat tersebut, kujepit gigi taring kiri dari Rizal kucoba untuk menariknya.
..
"Arpan goblok udahlah, kalau ternyata dia malah mau ngomongin hal yang nguntungin kita gimana?, gimana kalau akhirnya dia gajadi ngomong?, lagipula kita kan gatau maksud dan tujuan dia balik kesini, tenangin dulu lah diri lu bangsat," Tommy yang tengah berteriak kencang sembari memasang raut wajah yang marah kearahku dapat menghentikan tarikan gunting tang, perlahan kulonggarkan cekikan yang tengah melilit leher Rizal.
..
"Ampun, tolong pan, tolong lepas, gua gabisa nafas, udah pan," erangan Rizal yang terdengar mengharap iba jelas di telingaku, tak lama kulepaskan tangan yang sedang menggenggamnya waktu itu, dengan air mata yang mengalir deras di matanya membuatku penasaran rasa sesal seperti apa yang ada dibenaknya.
Ini merupakan awal kisah keseharian Arpan, Anggota dari Aberdeen, kelompok kecil di SMA 6 Cempaka yang seperti mempunyai dua kepribadian, di suatu waktu dia dapat terlihat riang, jenaka, polos, dan lugu, akan tetapi di beberapa waktu lain dia memperlihatkan sosoknya yang menyeramkan, gagah, berwibawa, tegas dan kejam.
Cerita ini sekaligus menjelaskan lahirnya kelompok Aberdeen, dari awal mula terbentuk hingga alasan dibentuk.
Pada cerita ini pula Arpan bertemu dengan wanita yang dengan aura dan keindahannya menjadikan Arpan terpukau dibuatnya. Seorang yang hidupnya penuh dengan tumpah darah, di sisi lain bisa merasakan jatuh hati.All Rights Reserved