Aku pernah percaya akan semua takdir yang tertulis, hingga akhirnya sebuah keyakinan mulai melemah karena orang ketiga. Depresi? Mungkin inilah yang kualami sekarang, hal wajar karena merasa dirimu tak berguna untuk orang lain. Terkadang kita selalu memberi jarak pada orang lain karena takut akan menyakitimu kesekian kalinya.
Kali ini aku kehilangan versi diriku sendiri, aku kehilangan atas hak hidupku. Sialnya, aku hanya dianggap anak kecil yang tak akan pernah bisa dewasa di depan mereka. Perihal aku trauma atau ovt nantinya tak ada yang peduli, tak ada yang peduli.
Entah berapa kali aku duduk menyendiri dan memikirkan betapa menyedihkan semua kisah ini. Salah satunya ketika sudah memilih diam tanpa harus berdebat dengan semua keadaan ataupun dengan manusia lain, karena aku sudah kesulitan untuk percaya pada orang lain. Mencoba mengulangi kehidupan yang lain pun, yang kudapati hanya airmata dan hambar. Aku sudah tak mengenal diriku yang sekarang, karena hanya ada airmata, duka, lemah dan kecewa yang selalu kusimpan sendiri.
Biar saja aku menjadi sosok yang keras kepala dan mudah marah, karena mereka tak pernah memahami bagaimana prosesku sekarang. Aku sedang melindungi mental yang saat ini kesakitan dan patah karena bertahan saat di hajar habis-habisan oleh hidup, walau diriku sendiri sudah tak pernah ditanya keberadaannya ataupun dibanggakan atas semua perjalanan langkahnya. Ya, aku tak pernah dianggap ada, hingga akhirnya aku terlupakan dan lupa akan cara tersenyum untuk selamanya.
Sidoarjo, 23 Juli 2024