"Engkau harus menikah dengan pria pilihan kami." Katanya tanpa mendengar suara hati. Lila terdiam, hatinya terbagi, antara cinta sejati dan bakti kepada orang tuanya.
Daniel berdiri di sisi Lila, tekadnya membaja untuk menghadapi takdir dengan cinta yang tak terbatas. "Jika cinta ini harus berjuang, aku takkan gentar." Kata-katanya menyentuh hati Lila yang berdebar.
Di bawah langit Kota Kertas yang abu-abu, mereka percaya, dalam setiap surat dan senyuman. Cinta akan menemukan jalannya. Di kota ini-di mana mimpi-mimpi bersemi-Lila dan Daniel, sepasang hati yang abadi.
"Ini abang pijet ya, awalnya agak sakit tapi lama-lama juga enakan."
Perlahan Alan memijat kaki adiknya itu. Kulitnya yang halus licin itu terasa luar biasa di telapak tangan Alan.
"Ahh sakit, ouhhh pelan pelan abangg."