Dari kecil, diriku dibesarkan oleh keluarga yang hidupnya susah. Ibuku dan aku mencari uang. Sementara ayahku? Ibuku adalah orang yang amat gigih. Dia kerja banting tulang untuk anak-anaknya, agar dapat mendapatkan pendidikan yang layaknya. Dia hanya karyawan pegawai negeri, yang bergerak dibidang Parawisata. Sementara ayahku, hanya duduk manis menonton TV dirumah. AKu selalu kasihan pada ibuku, yang dia tidak bisa menjadi ibu seutuhnya. Sementara ayahku, kerjanya meminta uang dan uang. Kalau tidak diberi, dia akan melakukan kekerasaan terhadap ibu. Semakin lama diriku tumbuh dewasa. Aku mendapati uangku hilang entah kemana. Bisa diperkirakan, hitungannya adalah belasan juta. Aku hilang akal, dan mencari semua tabunganku yang ku tabung dari aku kecil, untuk menambah modal usaha yang dimana ada sebagian uangku di Bank. Rupanya, yang mencuri ayahku. Ayahku menggunakannya untuk bermain judi, dan bermain perempuan. Bahkan tanpa ada rasa malu, dia mengatakan: "Kau itu adalah mesin uang ku!!!" Mendengar itu aku bertengkar hebat dengan ayah. Kejadian itu disaksikan oleh ibu dan juga adikku yang masih kuliah. Ayahku memukulku balik dengan kasar, hingga wajahku berdarah. "Dasar kalian itu sampah!!" Ujarnya dengan sekenanya. Dia mengatakan kami sampah, sampai akhirnya aku kabur dari rumah sambil mengatakan, dia adalah pria pecundang.